memasuki era digital

tapi entah sedikit atau bahkan gak ada momen terabadikan secara 'baik' di depan lensa akan wujud 'fisik'nya

mungkin kami terlalu nyaman, sehingga larut dalam suasana yang terekam baik di memori

cerita, obrolan kami, teringat jelas walau acapkali terlupa..

teringat sangat jelas, prediksi dan keinginan beliau dulu

yang membujukku untuk masuk ke jurusan HES, menurut prediksi beliau, per'syariah'an kelak menuju puncak

karena dasar beliau adalah insan biasa, bukan cenayang yg mampu membaca masa depan apalagi rasul yang mendapat ilham atau wahyu diperlihatkan masa depan, bukan pula timetraveller yang pernah ke masa depan.. beliau orang biasa, prediksinya ya perkiraan, kira kira, berdasar literasi yg ntah beliau dapat dari mana

jadi, aku pun ogah, pusing duluan mikirin judul fakultasnya aja udah rumit.

'gak mau' titik, jawabku

nyatanya di tahun aku lulus, memang, syariah sedang di titik puncaknya

what.. he was right.. and what can i do? blaming myself lah 🤣

_—_—_—_—_—_—_—_—_—_—_—_—_—_—_—_—_—_—

mimpi beliau di usia senja, sebagai pensiunan, cita²nya buka warung kopi

warung kopi, jaman beliau mengutarakan keinginannya kita cuma anggep angin lalu, 'apaan, kopakopi kaya pkl' 

di pikiran beliau, dengan warung kopi, orang datang, bisa tukar cerita, pengalaman, relasi, bahkan ide

dan.. ya, sekarang, ibarat kata di daerahku tinggal, mbuang kerikil sembarang aja jatuhnya ke warkop..

hmm, yang kenangan tinggal kenangan, angan tinggal angan

semua maafku sekarang hanya mampu kubaitkan dalam doa, tak berbalas...